BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sampai saat ini mortalitas dan modilitas
neonatus pada bayi preterm/prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan
dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti paru, otak dan
grastrointestinal. Di negara barat sampai 80% dari kematian neonatus adalah
akibat prematuritas, dan pada bayi yang selamat 10% mengalami permasalahan
dalam jangka panjang. Penyebab persalinan preterm/prematur dapat .dikenali
dengan jelas. Namun pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui.
Beberapa faktor mempunyai faktor andil dalam terjadinya persalinan perterm
seperti faktor ibu, faktor janin, dan plasenta, ataupun faktor lain seperti
sosioekonomik.
Pendekatan obstetrik yang baik terhadap
persalinan perterm akan memberikan harapan terhadap ketahanan hidup dan
kualitas hidup bayi preterm. Di beberapa negara maju Angka Kematian Neonatal
pada persalian preterm menunjukan penurunan, yang umumnya disebabkan oleh
meningkatnya peranan neonatal intensive
care dan akses yang lebih baek dari pelayanan ini. Di Amerika Serikat
bahkan menunjukan kemajuan yang dramatis berkaitan dengan meningkatnya umur
kehamilan dengan 50% neonatus selamat pada persalinan usia kehamilan 25 minggu,
dan lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu. Hal ini menunjukan bahwa teknologi
dapat berperan banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.
Masih ada sisi lain yang perlu
diperhatikan dalam menangani neonatus preterm terutama bayi dengan berat lahir
sangat rendah (< 1.500 gram), yaitu biaya yang sangat mahal dan meminta
tenaga yang banyak. Upaya primer mempunyai dampak yang relatif murah bagi
masyarakat mengingat akses ke rumah sakit sangat kecil, sedangkan upaya
sekunder di rumah sakit lebih mahal.
Dari penelitian Lettieri dkk.(1993),
didapat 38% persalian preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan
Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan
kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan infeksi amnion
subkliniks sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan amnionsentesis didapati
bakteri patogen pada + 20% ibu yang mengalami persalinan preterm dengan ketuban
utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk.,1996; Watts 1992)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persalian preterm adalah persalinan
yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari pertama haid
terakhir (ACOD 1995). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi
prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya kerena potensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir
rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan
pertumbuhan janin yang terhambat.
Keduanya
sebaiknya harus dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian
perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental
dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Pada kebanyakan
kasus, penyebab pasti persalianan preterm tidak ketahui.
Berbagai
sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusi plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion,
kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab
persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena
infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik
spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang
menginisasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukan bahwa
mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran
korioamnion.
Himpunan
Kedokteran fetomaternal POGI di Semarang
tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yg terjadi
pada usia kehamilan 22-37 minggu .
2.2 Masalah persalinan preterm
Angka
kejadianpersalinan preterm pada umunya adalah sekitar 6-10% .Hanya 1,5 %
persalinan terjadi pada usia kehamilan kuarang dari 32 minggu dan 0,5 % pada
kehamilan kurang diri 28 minggu namun,kehamilan ini merupakan 2/3 dari kematian
neonatal.Kesulitan utama dalam persalian preterm ialah perawatan bayi
preterm,yg semakin usia kehamilan yg semakin besar morbiditas dan
mortalitas.Penelitian lain menunjukan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan resiko kematian perinatal.
2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Persalinan
prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan
obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti
distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator
biokimia yang mempunyai dampak yang terjadinya kontraksi rahim dan perubahan
serviks, yaitu:
1. Aktivasi
aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat
stres pada ibu atau janin
2. Inflamasi
desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus
gebitourinaria atau infeksi sistemik
3. Perdarahan
desidua
4. Peregangan
uterus patologik
5. Kelianan
pada uterus atau serviks
Dengan demikian, untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya persalinan prematur harus dicermati beberapa kondisi
yang dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalianan prematur atau seorang
dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat kehamilan belum genap bulan.
Kondisi selama kehamilan yang
berisiko terjadinya persalinan preterm adalah
1. Janin
dan plasenta
-
Perdarahan trimester awal
-
Perdarahan antepartum (plasenta previa,
solusio plasenta, vasa previa)
-
Ketuban pecah dini (KPD)
-
Pertumbuhan janin terhambat
-
Cacat bawaan janin
-
Kehamilan ganda/gameli
-
Polihidramnion
2. Ibu
-
Penyakit berat pada ibu
-
Diabetes mellitus
-
Preeklamsia/ hipertensi
-
Infeksi saluran kemih/ genetal/
intrauterin
-
Penyakit infeksi dengan demam
-
Stres psikologik
-
Kelainan bentuk uterus/serviks
-
Riwayat persalinan preterm/abortus
berulang
-
Inkompetensi serviks (panjang serviks
kurang dari 1cm)
-
Pemakaian obat narkotik
-
Trauma
-
Perokok berat
-
Kelainan imunologi/ kelainan resus
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan preterm
Faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya persalianan preterm dapat diklasifikasikan secara
rinci sebagai berikut:
1. Kondisi
umum
2. Keadaan
sosial ekomoni rendah
3. Kurang
gizi
4. Anemia
5. Perokok
berat, dengan lebih dari 10batang/hari.
6. Umur
hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu tua di atas 35 tahun.
7. Penyakit
ibu yang menyertai kehamilan
8. Penyulit
kebidanan
Perkembangan
dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan perterm diantaranya:
1. Kehamilan
dengan hidramnion, ganda, pre-eklamsia.
2. Kehamilan
dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya
sinus marginalis
3. Kehamilan
dengan ketuban pecah dini: gawat janin, temperatur tinggi.
4. Kelainan
anatomi rahim
5. Keadaan
rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini: serviks inkompeten karena kondisi
serviks, amputasi serviks.
6. Kelainan
kongenital rahim
7. Infeksi
pada vagina aseden (naik) menjadi amninitis
Sedangkan
menurut Mochtar (1998:220), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah
sebagai berikut:
1. Umur
ibu, suku bangsa, sosila ekonomi
2. Bakteriura
(infeksi saluran kencing)
3. BB
ibu sebelum hamil, dan sewaktu hamil
4. Kawin
dan tidak kawin: tak syah 15% prematur; kawin syah 13% prematur
5. Prenatal
(antenatal) care
6. Anemia,
penyakit jantung
7. Jarak
antara opersalian yang terlalu dekat
8. Pekerjaan
yang terlalu berat sewaktu hamil berat
9. Keadaan
bayi yang harus dilahirkan prematur, misalnya pada plasenta previa, toksemia
gravidarum, solusio plasentae atau kehamilan ganda.
2.5 Gejala klinis dari persalinan preterm
Tanda-tanda klinis dari
persalinan preterm adalah didahului dengan adanya kontrkasi uterus dan rasa
menekan pada panggul kemudian diikuti dengan keluarnya cairan vagina yang
mengandung darah
2.6 Indikator-indikator untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm
Pengenalan
dini wanita yang berisiko untuk terjadinya persalinan preterm adalah hal yang
sangat penting. Berbagai indikator telah dikemukakan untuk pengenalan dini
resiko terjadinya persalinan preterm antara lain sebagai berikut.
1. Indikator
klinik
Seperti persalinan pada
umumnya, kontraksi uterus, penipisan atau pemendekan serviks baik dengan
pemeriksaan klinis(manual) ataupun alat tokodinaminometer (untuk mengetahui
adanya kontraksi uterus yang adekuat), serta ultrasonografi(untuk mengetahui
pemendekan serviks) merupakan indikator klinis yang sangat penting diketahui
untuk meramalkan pakah persalianan preterm akan terjadi dalam waktu singkat
atau masih adapat dipertahankan untuk meningkatkan usia hamil.
2. Indikator
laboratorik
Jumlah leokosit dalam
air ketuban dengan nilai batas 20 atau lebih perml mempunyai arti dalam
menentukan adanya korioamnionitis dengan OR 74,0 dibanding dengan pemeriksaan
CRP(0,7mg/ml). Leokosit dalam serum ibu(13rb/ml) pemeriksaan tersebut lebih
bermakna
3. Indikator
biokimiawi
Fibronektin janin
adalah protein pada selaput korio amnion desidua dan dalam air ketuban.
Fungsinya sebagai perekat antara buah kehamilan dengan permukaan dalam dinding
uterus. Produksi fibronektin janin oleh sel korion manusia akan meningkat oleh
reaksi peradangan. Beberapa peneliti telah membuktikan peran fibronektin janin
ini untuk meramalkan kejadian persalinan preterm. Peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina serviks dan air
ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara korion dengan
desidua. Pada kehamilan 24minggu atau lebih kadar fibronektin janin dalam
cairan servikskovagina 50mg/ml atau lebih kan meningkatkan risiko terjadinya
persalinan preterm dengan sensitifitas 80% dan nilai prediksi positif 83% lebih
jauh peningkatan kadar fibronektin janin pada kehamilan 8-22mg pada wanita yang
berisiko tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya persalinan preterm secara
bermakna.
2.7 Diagnosis dari persalinan
Diagnosis suatu
persalinan preterm yang membakat (preterm labor) didasarkan atas gejala klinis
yang ditandai dengan suatu kontraksi rahim yang teratur dengan interval <5-8 menit pada kehamilan 20-37mg, yang
disertai dengan satu atau lebih gejala-gejala berikut.
1. Perubahan
serviks yang progresif
2. Pembukaan
serviks 2cm atau lebih
3. Pendaftaran
serviks 80% atau lebih
Lams
dkk, mengemukakan tentang cara menentukan risiko terjadinya persalinan preterm
dengan USG dan pemeriksaan vagina pada kehamilan 24-34mg dan sebelum 36mg.
2.8 pemeriksaan penunjang
1.
Laboraturium
-
Pemeriksaan kultur urine
-
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
-
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah leokosit
C-reactive protein (CRP) ada pada serum
penderita yang menderita infeksi akaut adan didekteksi berdasarkan kemampuannya
untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus
yang disebut fraksi C.
2.
Amniosentesis
-
Hitung leokosit
-
Perwarnaan gram bakteri (+) pasti
ammnionitis
-
Kultur
-
Kadar glukosa cairan amnion,
3.
Pemeriksaan ultrasonografi
-
Oligohidramnion :
Goulk dkk. (1985)
mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan korioamnionitis klinis
antepartum.
-
Penipisan serviks :
Lams dkk. (1994)
mendapati bila ketebalan serviks <3cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi
persalina preterm.
-
Kardiotokografi :
Kesejahteraan janin,
frekuensi dan kekuatan kontraksi
2.9 Penatalaksanaan
Ibu
hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat amnionitis
dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama
untuk meningkatkan keluaran noenatal. Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak
mungkin ditangani akspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu dengan :
1.
Akselerasi pematangan fungsi paru
§ Terapi
glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12mg im. 2kali selang 24jam. Atau
dexamethasone 5mg tiap 12jam(IM) sampai 4 dosis.
§ Thyrotropin
releasing hormone 400ug iv, akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang
dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol, karena inositol
merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan
2.
Pemberian antibiotik
Mercer dan arheart
(1995) menunjukan bahwa pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka
kejadian korioamnionitis dan spesies neonatorum. Diberikan 2 gram ampicilin
(iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG). Peneliti lain memberikan
antibiotika kombinasi untuk kuman aerob. Yyang terbaik bila sesuai dengan
kultur dan tes sensitivitas setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan
terhadap faktor risiko persalinan preterm, bila tidak ada kontra indikasi,
diberi tokolitik.
3.
Pemberian tokolitik
a. Nifedin
10mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20
mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
b. Golongan
beta – mimetik
-
Salbutamol
-
Per infus : 20 – 50
-
Per oral : 4 mg ,2- 4 kali/hari(
maintenance)
2.10 Penanganan
Penanganan umum
1. Lakukan
evaluasi cepat keadaan ibu
2. Upayakan
melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi
Prinsip
penanganan
1. Coba
hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan
2. Persalinan
berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya
Oleh karena usia hamil
dan berat lahir merupakan faktor penentu dari fetal survival,maka yang menjadi
tujuan utama pengelolaan persalinan adalah
sebagai berikut.
1. Meningkatkan
usia hamil
2. Meningkatkan
berat lahir
3. Menurunkan
morbiditas dan mortalitas perinatal.
Prinsip pengelolaan
persalinan preterm yang membakat adalah bergantung pada hal-hal berikut ini.
1. Kondisi
ketuban masih untuh atau sudah pecah
2. Usia
kehamilan dan perkiraan berat janin
3. Ada
atau tidak adanya gejala klinis dari infeksi intrauterin
4. Ada
atau tidak petanda-petanda yang
meramalkan persalinan dalam waktu yang relatif dekat( kontraksi
,penipisan serviks, dan kadar IL – dalam air ketuban ).
Pengelolaan
persalinan preterm dengan ketuban yang masih lunak
Pada dasarnya apabila tidak ada
bahaya untuk ibudan janin, maka pengelolaan persalinan preterm yang membakat adalah konservatif, yaitu
sebagai berikut.
1.
Menunda persalinan dengan tirah baring
dan pemberian obat – obat tokolitik.
2.
Memberikan obat-obat untuk memacu pematangan paru janin.
3.
Memberikan obat-obat antibiotik untuk
mencegah risiko terjadinya infeksi perinatal
4.
Merencanakan cara persalinan preterm
yang aman dan dengan trauma yang minimal
5.
Mempersiapkan perawatan neonatal dini
yang intensif untuk bayi-bayi prematur.
Usia
hamil <34 minggu
1. Tokolitik
untuk menghentikan kontraksi uterus
Bermacam-macam
tokolitik yang dikenal dengan titik tangkap dan cara kerja yang berbeda dapat diberikan baik secara tunggal maupun kombinasi sesuai
dengan prosedur pemberian yang dianjurkan dengan tetap memperhatikan kemungkinan efek samping yang dapat timbul
pada ibu / atau janin.
a. Beta
-2 agonis
Terbutalin
Prosedur pengobatan
dengan terabutalin.
1000 mcg (2 amp)
terabutalin dalam 500 ml NaCL sehingga diperoleh konsentrasi 2 mcg/ml atau 0,5
mcg/tetes.
Dosis awal diberikan 1
mcg/menit atau 10tetes/menit. Dosis dinaikan setiap 15 menit dengan 0,5 mcg(5
tetes) sampai his menghilang atau timbul tanda-tanda efek samping yang
dirasakan membahayakan ibu dan atau janin.
Dosis maksimum yang
dianjurkan adalah 5mcg/menit (5 tetes/menit).bila his berhenti,maka dosis
dipertahankan pada kecepatan tersebut selama 1 jam, kemudian diturunkan 0,5mgc
atau 5 tetes setiap 15 menit sampai dosis pemeliharaan ( maintenance) sebesar 2
mcg/menit atau 20 tetes/menit dan dipertahankan sampai 8jam kemudian. Bila sebelum
8 jam terjadi kontraksi lagi, maka dosis dinaikan lagi seperti diatas. Dosis
total yang dianjurkan sampai dengan 2.000 mgc (4amp) salam 1.000 ml NaCL. Bila
tidak timbul his lagi, setengah jam sebelum pemberian parenteral dihentikan
(7,5jam dalam dosis pemeliharaan), penderita boleh mulai diberikan terbutalin
oral (2,5 mg/tab) setiap 8 jam sampai 5 hari atau sampai ada tanda-tanda efek
samping yang membahayakan ibu dan atau janin.
Beta -2 agonis yang lain dapat diberikan sesuai dengan
prosedur yang dianjurkan pada masing – masing obat.
Efek samping samping
pemberian obat tersebut adalah sebagai berikut :
·
Ibu :
efek beta – 1 terhadap jantung ibu berupa palpitasi hebat.
·
Janin :
gangguan paada sirkulasi feto-plasental yang mengakibatkan hipoksia janin intrauterin.
b. Non
– steroid anti – inflamatory agents
Cox -2 inhibitor
(nimesulid) oral dengen dosis 3x100 mg/hari.
Obat-obat NSAIAs yang
lain ( seperti indomethasin dan lain-lain, saat ini tidak dianjurkan lagi
terutama pada kehamilan >32minggu karena efek samping penutupan dini duktus
arteriosus)
c. Calsium
Antagonis
Nifedipine oral dengan
dosis 3x10 mg/hari. Pada dasarnya obat ini cukup aman terhadap ibu dan janin,
akan tetapi dalam beberapa penelitian pernah ditemukan efek samping pada ibu
berupa sakit kepala dan hipotensi.
d. Progesteron
Obat-obat progesteron
diberikan parenteral maupun oral sesuai dosis yang di anjurkan.
e. Oxytocin
analog
Atosiban ( Belum
beredar di Indonesia )
2. Kortkosteroid
untuk memacu pematangan paru janin intarauterine.
Betamethason 12-16 mg (3-4 amp ) /IM,/hari diberikan
selama 2 hari ( liggin dan Howie 1972 ) atau Dexamethason 6 mg/IM, diberikana 4
dosis tiap 6 jam sekali ( Parkland Hospital, 1994). Pemberian ini hanya dianjurkan sekali saja, tidak
dianjurkan untuk mengulangi pemberian setelah ini karena efek samping terhadap
ibu ( hipertensi ) dan janin ( gangguan perkembangan syaraf ) (NIHCDC-2000 ).
3. Antibiotik
untuk mencegah infeksi perinatal ( ibu dan bayi ).
Ampisilin Sulbactam
parenteral 2x1,5 g selama 2 hari, kemudian dilanjutkan oral 3x 375 mg/hari
selama 5 hari. Obat antibiotik yang lain sebaiknya dipilih obat-obat golongan B
( Klasifikasi FDA untuk obat-obat untuk ibu hamil ) terutama dianjurkan derivat
penisilin/ ampisilin mengingat efek teratogenikterhadap janin. Pemberian antibiotik
ini masih banyak kontroversi karena satu pihak berhasil menurunkan kejadian
infeksi pada amnion/janin dan memperpanjang usia kehamilan ( karena bisa
meningkatkan efek obat-obat tokolitik ), akan tetapi pihak lain menolak
memberikan karena ternyata pemberian antibiotik ini tidak memperbaiki hasil
akhir (outcome) janin seperti
kejadian-kejadian Necrotising
Enterocolitis (NEC), Respiratory Distress Syndrome (RDS), dan Intracranial
Haemorhage (Mercer dan Arheart 1995). Kyle dan turner (1996 ) menolak memberikan
antibiotik dalam jangka waktu lama karena alasan meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dari bakteri lain dan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
4. Cara
Persalinan.
Upayakan persalinan
preterm yang man dan non-traumatis,
serta perawatan intensif untuk bayi prematur. Cara persalinan yang dianjurkan
adalah spontan pervaginam atau SC atas indikasi obstetrik yang ada ( Kelainan
letak, gawat janin ).
Usia
Hamil 34 Minggu/ Lebih
Oleh karena Survival Rate dan jangka kejadian RDS bayi prematur dengan usia
hamil 34 minggu tidak berbeda secara bermakna, maka pada kasus demikian
menuunda persalinan untuk meningkatkan usia hamil tidak terlalu diutamakan.
Akan tetapi, pemberian tokolitik hanya untuk menunda sampai dengan 48 jam yang
bertujuan untuk memberi kesempatan memberikan obat-obat kortikosteroid kecuali
bila pada pemeriksaan ditemukan L/S ratio >2 atau tes lain yang menunjukan
maturitas paru janin. Selanjutnya, pemberian antibiotik dan mengupayakan
persalinan yang aman dapat menghindari trauma persalinan yang beresiko untuk
terjadinya hipoksia janin selama persalinan.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS
NY.
“A” UMUR 26 TAHUN G1 P0 A0 USIA KEHAMILAN 35+2Mgg
DENGAN
KEHAMILAN PRETERM DI RB Kasih Bunda
MUNDU
SAREN,SLEMAN,YOGYAKARTA
No.
Register : 20/19-04/07
Tanggal/Jam
Masuk : 4 MEI 2013 / 12.55 WIB
Dirawat
diruang : Periksa I
1. PENGKAJIAN DATA Tanggal:4 mei 2013 Jam
:12.55WIB Oleh:Bidan
A. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. “A” Tn. “N”
Umur : 26 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA S1
Pekerjaan : IRT pegawai
negri
Alamat : Kledokan,Sleman Kledokan,Sleman
No. Telp : 085239993312 0852746820041
B. DATA SUBYEKTIF
1.
Alasan Kunjungan
Ibu
mengatakan ingin melahirkan dan merasakan kenceng-kenceng teratur sejak pukul
09.00 WIB
2.
Keluhan Utama
Ibu
mengatakan keluar lendir darah di sertai nyeri pada perut bagian bawah
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5-6 hari Teratur : Teratur
Sifat
Darah : Cair (khas menstruasi) Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status
pernikahan : Sah Menikah ke : Pertama
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 25 tahun
5. Riwayat Obstetrik : G1 P0 A0 Ah0
4.
Riwayat
Obstetrik : G1 P0 A0 Ah0
Hamil
ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
||||||||
Tanggal
|
UK
|
Jenis
Persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB
Lahir
|
Bayi
Lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
Hamil
ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis
Kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
Tgl
|
Oleh
|
Tempat
|
Keluhan
|
Tanggal
|
Oleh
|
Tempat
|
Alasan
|
||
|
Ibu
mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
|
||||||||
7. Riwayat Kehamilan sekarang
a. HPHT :
31 agustus 2012 HPL : 8 juni 2013
b. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester
I
Frekuensi : 1 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi
: Asam folat, B6
Trimester
II
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Sesak nafas
Komplikasi : tidak ada
Terapi
: Tablet Fe, kalsium,
konseling mobilisasi
Trimester
III
Frekuensi : 3 kali
Tempat : BPS
Oleh : Bidan
Keluhan : Pusing
Komplikasi : tidak ada
Terapi
: Tablet Fe
d. Imunisasi TT
TT 1 : Caten
TT 2 : April 2012
TT 3 : Belum di lakukan
TT 4 : Belum di lakukan
TT 5 : Belum di lakukan
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam
sehari)
Ibu
mengatakan merasakan gerakan janin lebih dari 10 kali
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
(menular, menurun, dan menahun)
Ibu
mengatakan sedang menderita penyakit menurun yaitu hipertensi, dan tidak
menderita penyakit menular ( Hepatitis B, TBC, HIV/AIDS ), penyakit menahun (
jantung, hati, ginjal )
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita
keluarga (menular,menurun, dan menahun)
Ibu
mengatakan dari pihak keluarganya dan suaminya tidak ada yang pernah/sedang
menderita penyakit menurun yaitu hipertensi, penyakit menular ( hepatitis B, TBC, HIV/AIDS ), penyakit
menahun ( jantung, hati, ginjal )
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu
mengatakan baik dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang mempunyai riwayat
keturunan kembar
d. Riwayat Operasi
Ibu
mengatakan tidak pernah operasi apapun
e. Riwayat Alergi Obat
Ibu
mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat apapun
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3
x/hari Frekuensi : 5x/hari
Porsi : 1 piring Porsi :
1 gelas
Jenis : Nasi, sayur, lauk Jenis : Air putih
Pantangan : Tidak ada Pantangan :
Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluan :
Tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1-2 x/hari Frekuensi
: 5 x/hari
Konsistensi : Lembek Konsistensi : Cair
Warna : Kuning Warna :
kuning jernih
Keluhan : Tidak ada Keluhan :
Tidak ada
c. Pola Istirahat
Tidur
siang Tidur
malam
Lama : 1 jam Lama
: 8 jam
Keluhan : Tidak ada Keluhan :
Tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 1 x/hari
Ganti
pakaian : 2 x/hari
Gosok
gigi : 2 x/hari
Keramas : 2 x/minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 1x/minggu
Keluhan : Tidak ada
f. Pola pemenuhan kebutuhan terakhir
Makan,tanggal
04-05-2013,pukul 08.30 WIB, jenis nasi dan tempe
Minum,tanggal
04-05-2013,pukul 12.15 WIB, jenis air putih
BAK,tanggal
04-05-2013,pukul 11.00 WIB
BAB,tanggal
04-05-2013,pukul 07.15 WIB
Istirahat/tidur,tanggal
03-05-2013,lama 8 jam
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
(merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu
mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan seperti
merokok,minum jamu,minuman beralkohol.
11. Psikososiospiritual (persiapan menghadapi
persalinan)
Ibu
mengatakan telah siap menghadapi proses persalinan
Ibu
mengatakan penghasilan suami cukup untuk biaya persalinan
Ibu
mengatakan pengambil keputusan adalah suami
12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan,
dan nifas)
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinan, dan nifas
13. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar
rumah dan hewan peliharaan)Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumah
bersih,dan ibu tidak mempunyai hewan peliharaan apapun.
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan
Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status
emosional : Stabil
Tanda
vital Sign
Tekanan
Darah : 160/100 mmHg Nadi
: 90x/menit
Pernafasan : 23 x/menit Suhu : 38 °C
Berat
badan sebelum hamil : 55 kg
Tinggi
badan : 160 cm
Berat
badan saat hamil : 60 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: bentuk mesocephal, tidak ada benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas operasi, kulit
kepala bersih
Rambut
: lurus, hitam, tidak berbau, tidak berketombe
Muka
: bentu oval, tidak oedema, tidak ada
cloasma gravidarum, tidak ada bekas
luka
Mata
: simetris, konjungtiva merah muda,
sklera tidak ikhterik, tidak ada sekret, tidak ada tanda-tanda infeksi
Hidung
: tidak ada polip, tidak ada infeksi, tidak ada sekret
Mulut
:
bibir lembab, tidak ada caries gigi, gusi tidak ada berdarah, lidah
bersih,tidak ada pembesaran kelenjar tonsil
Telinga
: simetris, ada lubang telinga, gendang telinga baik, pendengaran baik
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada Pembesaran kelenjar limfe, tidak ada Pembesaran kelenjar parotis,
tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada
: simetris, tidak ada weezing, tidak ada
retaksi dinding dada, tidak ronchi
Payudara
: simetris, putting menonjol, ada pengeluaran kolostrum, ada hyperpigmentasi
areola mamae, tidak ada nyeri tekan dan massa.
Abdomen:
Tidak ada bekas luka, ada linea nigra, ada striae gravidarum, pembesarab raim
sesuai UK
Palpasi
Leopold
Leopold
I : Bagian fundus teraba bulat,
lunak ( Bokong )
Leopold II :Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada tahanan
dan keras (punggung) Bagian kiri ibu teraba kecil-kecil, banyak, (ekstremitas)
Leopold
III : Bagian terendah janin teraba
bagian bulat, keras (kepala).
Leopold IV :
Kedua tangan tidak bertemu (divergen)
Palpasi
supra pubic : tidak dilakukan
Osborn
test : Tidak
dilakukan
TFU
menurut Mc. Donald : 26 cm, TBJ : 2435gram
His : 4 x/10
menit,selama 50 detik
Auskultasi
DJJ : 100 x/menit
Ekstremitas
atas : Simetris,tidak ada
polidaktily,gerakan aktif,tidak sianosis,tidak odema.
Ekstremitas
bawah : Simetris,tidak ada
polidaktily,gerakan aktif,tidak
sianosis,tidak odema.
Genetalia
luar : Tidak ada odema,tidak
ada pembesaran kelenjar
Bartolini, tidak varises, tidak ada tanda
infeksi dan perdarahan
Anus :
Tidak ada haemorroid
Pemeriksa
panggul ( bila perlu ) :
Distansia
Spinarum : 24
Distansia
Cristarum : 29
Konjugata
Eksterna : 18
Lingkar
Panggul luar : 85
Pemeriksaan
dalam Tanggal 04-05-2013, Pukul 13.00 WIB
Indikasi
: keluar air ketuban dan kenceng-kenceng teratur
Tujuan : untuk mengetahui pembukaan
Hasil : dinding vagina tenang, porsio tidak
teraba, presentasi kepala,pembukaan servik 8 cm, ketuban sudah pecah berwarna
hijau kental bercampur mekonium dan jumlah sedikit, penurunan kepala hodge 3,
presentasi belakang kepala, teraba adanya kompresi tali pusat
3. Pemeriksaan Penunjang tanggal :
-
Tidak
ada
4. Data Penunjang
Tidak
ada
I. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa Kebidanan
Seorang
ibu Ny.”A” umur 26 tahun G1 P0 A0 Ah0 UK 35+2 minggu janin tunggal,
hidup, intra uteri persalinan kala I fase aktif dengan kehamilan preterm.
Data
Dasar :
DS :
Ibu
mengatakan berusia 26 tahun
Ibu
mengatakan ini kehamilan pertama
Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran
Ibu
mengatakan merasa seperti ingin BAB
Ibu
mengatakan kenceng-kenceng sejak pukul 09.00 WIB
DO : KU :
baik
Kesadaran :
composmentis
Vital
sign :TD : 160/100 mmHg N : 90 x/menit
S : 38 °C RR :
23 x/menit
BB :
kg 70 TB :
160 cm
DJJ :100x/menit TBJ : 2435
UK : 35+2minggu
Px.
Leopold : Leopold I : Bokong
Leopold
II : PUKA
Leopold
III : Kepala
Leopold
IV :Divergen
Pemeriksaan
Dalam : dinding vagina tenang, porsio tidak teraba, presentasi kepala,pembukaan
servik 8 cm, ketuban sudah pecah berwarna hijau kental bercampur mekonium dan
jumlah sedikit, penurunan kepala hodge 3, presentasi belakang kepala, teraba
adanya kompresi tali pusat
b. Masalah
Tidak
ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
BBLR
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri
mempersiapkan
untuk rujukan
b. Kolaborasi
Kolaborasi
dengan dokter
c. Merujuk
Tidak
ada
V. PERENCANAAN Tgl : 04-05-2013, Pukul : 13.06WIB, Oleh:Bidan
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Buat
informed consent berkaitan dengan penanganan terhadap kemungkinan kelahiran
bayi premature dan rujukan
3. Beri dukungan moril pada ibu dan
keluarga
4. Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat
ada his
5. Anjurkan ibu memilih posisi yang nyaman
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan ibu
7. Jaga privasi ibu
8. Pantau ku ibu dan janin meliputi
tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
VI. PELAKSANAAN Tgl : 04-05-2013, Pukul:13.08
WIB,
1.
Melakukan pemeriksaan dan menegakan
diagnosis pasti ketuban sudah pecah atau belum yaitu dengan dilakukan
pemeriksaan yang di anjurkan dengan inspekulo untuk melihat adanya cairan
ketuban diforniks posterior, bila ditemukan cairan maka harus di lakukan tes
2.
Menentukan usia hamil dan maturasi pada
janin
3.
Menentukan usia hamil dan menentukan
kapan HPHT
4.
Menentukan infeksi intrauterin
5.
Menentukan tanda-tanda inpartu
6.
Menentukan infeksi secara klinis dengan
tanda-tanda febris lebih dari 39C,tanda takikardia pada ibu dan
janin,pengeluaran cairan pervagina yang berbau.
7.
Menentukan apakah persalinan dapat
ditunda secara bermakna untuk meningkatkan usia hamil dan berat lahir
8.
Menentukan jumlah air ketuban dan tanda
tanda gawat janin ini
9.
Memberitahu ibu mengenai hasil
pemeriksaan bahwa pembukaan 4 cm dan ibu sudah masuk tahap persalinan, dan
kemungkinan bayinya lahir premature karena kehamilan ibu kurang bulan dan berat
badan bayi kurang dari 2500gram.
10.
Membuat informed consent, berkaitan
dengan penanganan terhadap kemungkinan bayi lahir premature dan akan dilakukan
rujukan ke fasilitas yang lebih memadai.
11.
Memberi dukungan moril pada ibu dan
keluarga dengan menganjurkan ibu berdoa agar semua proses persalinan berjalan
lancer dan ibu tidak usah khawatir dengan keadaan dirinya dan bayinya,
mempersilahkan suami dan keluarga mendampingi ibu dan memberi dukungan kepada
ibu.
12.
Menganjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu seperti makan dan minum.
13.
Memantau ku ibu dan janin meliputi
tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
14.
mendampingi ibu ke tempat rujukan
berikan dukungan serta semangat.
VII. EVALUASI Tanggal
:04-05-2013, Pukul:13.09 WIB,
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
dan sudah memasuki masa persalinan
2. Ibu dan suami menyetujui informed
consent yang telah diberikan
3. Ibu
dan kelurga berdoa semoga proses persalinan berjalan dengan lancer dan keluarga
menemani ibu.
4. Ibu mengerti dan dapat mengurangi
teknik relaksasi yang dianjurkan bila ada his.
5. Ibu memilih posisi miring kiri
6.
Keluarga memberikan makan dan minum serta mengantar ibu ke kamar mandi ketika
ibu ingin BAK.
7. Ibu merasa nyaman dan terjaga
privasinya.
8. Ku ibu telah dipantau setiap 30 menit
sekali.
9. ibu sudah di damping dan diberikan
dukungan.
10. Ibu dan keluarga bersedia untuk melakukan
rujukan.
11. Ibu dan keluarga sudah berdoa dan rasa
khawatirnya berkurang.
12. Ibu
bersedia untuk makan dan minum.
13. Sudah dilakukan pemantauan ku ibu dan janin
meliputi tekanan darah, his, DJJ tiap ½ jam.
14. ibu telah didampingi ke tempat rujukan
dan telah diberikan dukungan serta semangat.
DATA
PERKEMBANGAN
KALA
I
A. DATA SUBJEKTIF, Tanggal
:04-05-2013, Pukul :15.30
WIB
- Ibu mengatakan perutnya semakin mules
- Ibu mengatakan seperti ada sesuatu
mengalir dari jalan lahir dan ada dorongan ingin meneran
B. DATA OBJEKTIF, Tanggal :04-05-2013,
Pukul :15.31 WIB
TTV
:
• TD :180/90 mmHg S : 37,7 C
• N :80 kali/menit R : 20 kali/menit
• Kontraksi : 4 X/10 menit/ 45
detik, kekuatan: kuat
• DJJ : 90x /menit
• Ketuban pecah jam 13.30WIB jernih,
bau khas anyir, banyaknya 500 ml
• Pembukaan serviks 10 cm, effacement
100%, presentasi Ubun-ubun kecil
C. ASESSMENT
a. Diagnosa kebidanan
Seorang
Ibu Ny A umur 26 tahun G1P0A0 UK 38+2Mgg janin tunggal hidup intrauterin,
presentasi UUK, letak punggung kanan, inpartu kala 1 fase aktif dengan
kehamilan preterm.
b. Masalah
ibu
cemas dan khawatir
c. Kebutuan
persiapan
perlengkapan perawatan BBLR
D. PENATALAKSANAAN, Tgl :04-05-2013 , Pukul:15.34WIB
1. Memberitahu
ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa pembukaan telah lengkap 10 dan ibu
sudah masuk dalam tahap persalinan.
2. Memberi
dukungan moril pada ibu dan menganjurkan ibu berdoa agar persalinan lancar serta
menghadirkan keluarga/suami untuk menemani ibu saat persalinan,Suami dan
keluarga bersedia menemani ibu.
3. Mengajarkan
teknik relaksasi pada ibu saat ada his yaitu menarik nafas panjang lewat hidung
dan mengeluarkan pelan-pelan lewat mulut, dan ibu mengikuti anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu memilih posisi yang
nyaman dan ibu memilih posisi setengah duduk.
5. Menyiapkan partus set dan heacting set
:
a.
Partus set :
1)
½ koher
2)
2 klem tali pusat
3)
1 gunting tali pusat
4)
1 gunting episiotomy
5)
Penghisap lendir
6)
Pengikat tali pusat
7)
Handscone 2 pasang
8)
Kassa steril
9)
Kateter
10)
Spuit 3 ml + oksitosin 10 ui
b.
Heacting set :
1)
Needle holder
2)
Benang catgut
3)
Pinset cyrurgis
4)
1 gunting benang
5)
Jarum
6)
Spuit 5cc + lidokain 1%
7)
Handscone 1 pasang
8)
Kassa betadin
9)
Kassa steril
c.
Alat-alat non steril : 2 ember, DTT dan klorin, waslap, Doppler, tensi dan
temometer, celemek partograf
10.
Menyiapkan perlengkapan perawatan bayi premature meliputi :
a. ruangan yang hangat
b.
lampu sorot
c.
handuk dan selimut hangat serta topi bayi
DATA
PERKEMBANGAN
KALA
II
A. DATA SUBJEKTIF, Tanggal :04-05-2013 , Pukul :15.35 WIB
- Ibu merasa perut kenceng-kenceng
semakin kuat dan teratur.
- Ibu merasa ingin meneran seperti mau
BAB dan adanya dorongan untuk meneran
B. DATA OBJEKTIF, Tanggal :04-05-2013 , Pukul :15.36 WIB
TTV
:
TD 180/90 mmHg N 80 x/ menit
R 20x/ menit S
37,7ยบ C
• Ketuban
jernih, Ada tekanan pada perinium dan anus,
Perinium menonjol , Vulva, vagina dan spingter ani membuka , Adanya
pengeluaran lendir bercampur darah
• Pada
pemeriksaan dalam, porsio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm, effacement
100%, kosong, uuk kanan depan, moulage tidak ada, kepala turun di hodge III+
C. ASESSMENT
a. Diagnosa kebidanan
Seorang
Ibu “Ny. A” Umur 26 tahun G 1 P0 A0 Ah1
UK 35+2Mgg Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala PUKA inpartu kala II dengan kehamilan
preterm.
b. Masalah :
-
ibu merasa cemas dan khawatir
Kebutuhan
:
Persiapan
perlengkapan perawatan BBLR
D. PENATALAKSANAAN, Tgl :04-05-2012 ,
Pukul:15.40WIB
1. Memberitahu
ibu bahwa ibu sudah masuk dalam tahap persalinan dan memeberitahu keluarga
bahwa kemunkinan bayi akan lahir
premature atau kurang bulan dan jelaskan kepada ibu dan keluarga agar tidak
cemas.ibu dan keluarga mengerti mengenai penjelasan bidan dan berusaha untuk
tidak cemas.
2. memberikan
asuhan sayang ibu yaitu memberikan perhatian dan dukungan psikologis, termasuk
menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan
berlangsung,memberi dukungan motivasi dan semangat kepada ibu kemudian juga
membantu memenuhi nutrisi ibu dengan memberikan makanan dan minuman disela sela
penurunan his. Asuhan sayang ibu sudah di lakukan, ibu merasa tampak sedikit
tenang karna merasa dirinya di perhatikan
3. mengatur
posisi ibu senyaman mungkin, sesuai dengan keinginan ibu dan memastikan tidak
membahayakan ibu dan janin. Posisi ibu sudah diatur miring ke kiri.
4. mengajarkan
ibu cara meneran yang benar yaitu meneran saat ada dorongan kuat ingin meneran
saja, kemudian kaki di tekuk,kedua tangan berada dilipatan paha, tidak
bersuara,dagu menempel didada, meneran dengan mata terbuka. Ibu sudah mengerti
cara meneran yang benar.
5. Menolong
persalinan dengan APN
a. setelah
memastikan adanya tanda dan gejala kala II dan pembukaan sudah lengkap dan
mengenali adanya tanda doran,teknus,perjol,vulka
b. memakai
APD.memastikan kembali kelengkapan peralatan,mencuci tangan dan mengeringkan
dengan handuk
c. meletakan
handuk bersih diatas perut ibu, kemudian membuka partus set,memakai sarung
tangan,kemudian meletakan kain 1/3 bagian di bawah bokong ibu,setelah kepala
bayi terlihat 5-6cm di depan vulva,tangan kanan melindungi perineum agar tidak
terjadi dafaksi kepala bayi secara cepat.
d. setelah
kepala bayi lahir memeriksa lilitan tali pusat dan tidak ada lilitan tali pusat
e. Menempatkan
kedua tangan secara biparietal dan anjurkan ibu sedikit meneran saat ada
his.Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkuspubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior, dan kepala bayi telah melakukan putaran paksi
luar
f. Setelah
kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
6. Setelah
tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
7. Melakukan penilaian bayi lahir
8. Mengeringkan
bayi baru lahir sambil melakukan hisap delee dan membersihkan mekonium,dan rangsangan
taktil, dan tubuh bayi telah dikeringkan
DATA PERKEMBANGAN
KALA
III
A. DATA SUBJEKTIF, Tanggal :04-05-2013
Pukul :16.15 WIB
Ibu
mengatakan merasa senang karena bayinya telah lahir dan perutnya masih terasa mules.
B. DATA OBJEKTIF, Tanggal :04-05-2013 ,
Pukul :16.17 WIB
- Bayi lahir spontan tanggal 04-05- 2013, jenis kelamin laki-laki , warna
kulit kemerahan, lama persalinan 40 menit.
- KU ibu baik, kesadaran composmentis
- Plasenta belum lahir, kandung kemih
kosong, uterus berbentuk globuler, ada semburan darah yang keluar tiba-tiba,
perdarahan 100cc, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik.
C. ASESSMENT
a. Diagnosa kebidanan
Seorang
Ibu “Ny. A” Umur 26 tahun G 1 P0 A0 Ah1
UK 35+2 minggu Janin tunggal hidup intra uterin presentasi
kepala PUKA dalam persalinan kala III.
b. Masalah
Tidak
ada
D. PENATALAKSANAAN, Tanggal :21-11-2012 , Pukul:16.19 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
bayinya telah lahir dengan selamat dan ibu sangat senang
2. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
tindakan untuk melahirkan plasenta dan ibu bersedia.
3. Melakukan menejemen aktif kala III
• Memastikan apakah masih ada janin
kedua atau tidak
• Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik
• Memberikan suntikan oksitosin 10 ui
• Memindahkan klem sekitar 5-10cm dekat
vulva.
• Meletakkan satu tangan dekat simpisis
dan lakukan gerakan dorso cranial.
• Setelah uterus berkontraksi, kemudian
melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
• Menarik plasenta ke arah bawah dan ke
atas mengikuti kurve jalan lahir
• Membantu melahirkan plaseenta dengan
kedua tangan saat plasenta sudah mulai terlihat di vulva
• Melakukan masasse fundus setelah
plasenta lahir dengan gerakan melingkar searah jarum jam dengan lembut hinggga
uterus berkontraksi dan menjadi keras.
• Memeriksa kedua sisi plasenta baik
maternal maupun fetal untuk memastikan plasenta dan selaput ketuban utuh dan
lengkap.
• Mengevaluasi adanya laserasi pada
jalan lahir
Tindakan
menejemen aktif kala III berhasil dilakukan.
DATA
PERKEMBANGAN
KALA
IV
A. DATA SUBYEKTIF
o Ibu mengatakan senang bayinya telah
lahir
o Ibu mengatakan lelah setelah bersalin
o Ibu mengatakan perutnya masih mules
B. DATA OBYEKTIF
o Plasenta lahir spontan tanggal 04 Mei
2013, selaput ketuban utuh dan plasenta lengkap
o TFU 2 jari di bawah pusat, uterus
teraba keras, kandung kemih kosong ,
o Perdarahan dalam batas normal
C. ASESSMENT
a. Diagnosa kebidanan
Seorang
ibu Ny “A” umur 26 tahun P1A0Ah1 dalam persalinan 2 jam post partum
b. Masalah
Tidak
ada
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa plasenta telah
lahir spontan, kotiledon utuh, lengkap.
2. Memantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung
kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama satu jam kala empat berikutnya.
3. Memantau kontraksi dan pendarahan
pervaginam 2-3 kali dalam 15 menit pasca persalinan
4. Masase uterus untuk membuat kontraksi
menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit setiap
dua jam kala dua
5. Memantau temperature tubuh setiap jam pertama selama
dua jam pasca persalinan
6. Menilai perdarahan setiap 15 menit
selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
7. Membersihkan tubuh ibu dan menggantikan
pakaian
8. Dekontaminasi alat bekas pakai
9. Melakukan cuci tangan efektif
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan ibu
telah istirahat
11. Melakukan pendokumentasian.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Persalian
preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari pertama haid terakhir (ACOD 1995). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37
minggu atau kurang.
Berbagai
sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusi plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion,
kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.
Kondisi
selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah
1. Janin dan plasenta
- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta, vasa previa)
- Ketuban pecah dini (KPD)
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacat bawaan janin
- Kehamilan ganda/gameli
- Polihidramnion
2. Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklamsia/ hipertensi
- Infeksi saluran kemih/ genetal/
intrauterin
- Penyakit infeksi dengan demam
- Stres psikologik
- Kelainan bentuk uterus/serviks
- Riwayat persalinan preterm/abortus
berulang
- Inkompetensi serviks (panjang
serviks kurang dari 1cm)
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologi/ kelainan resus
Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persalianan preterm dapat
diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut:
1. Kondisi umum
2. Keadaan sosial ekomoni rendah
3. Kurang gizi
4. Anemia
5. Perokok berat, dengan lebih dari
10batang/hari.
6. Umur hamil terlalu muda kurang dari
atau terlalu tua di atas 35 tahun.
7. Penyakit ibu yang menyertai
kehamilan
8. Penyulit kebidanan
SARAN